Jumat, 10 Juni 2011

kecamatan tinggimoncong

Diposting oleh renaex di 06.58
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kecamatan Tinggimoncong merupakan salah satu kecamatan yang tergabung dalam wilayah administrasi Kabupaten Gowa, yang merupakan penyangga utama Kota Makassar adalah salah satu daerah yang istimewa dibanding dengan daerah lainnya. Industri hortikultura, industri perkebunan dan industri agrowisata sudah merambah ke daerah ini, khusus di daerah Malino, Ibukota Kecamatan Tinggimoncong adalah primadona perpariwisataan di Selawesi Selatan. Daerah yang berada diatas ketinggian 1.500 DPL, ini juga pemasok utama tanaman holtikultura ke Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan hasil dari perkebunan ini sebahagian sudah di ekspor kebeberapa negara di Asia dan Eropa. Keadaan geografisnya di Kecamatan Tinggimoncong memang indah dan khas.
Kesemuanya ini baik langsung maupun tidak langsung menambah pendapatan penduduk, sehingga penduduk akan sejahtera, disamping itu perpindahan penduduk ke daerah ini meningkat dari tahun ketahun, tapi dibalik itu semua kita juga perlu menyadari akan dampak negatif yang timbul sebagai efek dari geliat ekonomi di daerah ini.
Atas alasan inilah, sehingga kami mengambil daerah kecamatan Tinggimoncong sebagai sampel dari praktek Desain dan Tata Ruang Pertanian, guna untuk menata atau menggali potensi yang bisa dicapai baik dari sektor pertanian itu sendiri ataupun dari perikanan, peternakan, kelautan, kehutanan, dan sebagainya.
1.2. Tujuan Hasil dan Sasaran
Tujuan dilaksanakannya menyusun laporan ini adalah mengetahui mengenai tentang kontur, kelerengan, penggunana lahan, potensi, permasalahan, tipologi pengembangan dan mengkaji kesesuaian lahan dan daya dukung wilayah dalam menentukan kapasitas pengembangan Kawasan Pertanian di Kecamatan Tinggimoncong. Kemudian melakukan inventarisasi data bagi potensi lahan untuk mengetahui luas lahan penggunaan potensial yang ingin dieksploitasi.
Adapun sasaran adalah tersusunnya Neraca Sumberdaya Penggunan Lahan dan basisdata sehingga digambarkan dalam peta wilayah dengan skala 1:50.000, dan skala 1: 1.000.000 dalam bentuk peta Kecamatan Tinggimoncong. Serta seluruh stakeholder pembangunan daerah, baik pemerintah, dunia usaha, dan utamanya adalah masyarakat pelaku usaha pertanian bekerjasama membangun tanah kelahirannya.









II. KEADAAN UMUM LOKASI
2.1. Administrasi Kependudukan dan Aksibilitas Wilayah
2.1.1. Letak Administrasi dan Batas Geografis
Kecamatan Tinggimoncong yang terdiri dari 7 desa yang meliputi Desa Parigi, Desa Bulutana, Desa Bontolerung, Desa Pattapang, Kelurahan Malino, Kelurahan Gantarang dan Desa Garassi.

2.1.2. Kependudukan
Penduduk yang tersedia dalam hal kuantitas merupakan potensi yang cukup besar dalam membangun suatu daerah. Kekurangan jumlah penduduk akan mempersulit jalannya suatu proses pembangunan sebab penduduk disamping sebagai obyek pembangunan juga berfungsi sebagai subyek pembangunan. sebagai obyek merupakan faktor yang sangat penting, disamping merupakan uama dalam suatu proses penduduk.
Pangkaan kualitas penduduk adalah hal yang mutlak harus dilakukan, sebab penduduk adalah titik sentral faktor produksi lainnya atau sebagai motor penggerak dari faktor-faktor produksi lainnya.
Upaya-upaya peningkatan produktivitas penduduk senantiasa dilakukan, dalam pengertian kuantitas penduduk diusahakan untuk dibina, diterampilkan agar bisa berproduksi atau mendatangkan manfaat. Yang tentu dengan sendirinya akan menghasilkan kesejahteraan pembangunan.
Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mempertimbangkan keterkaitannya dengan upaya pelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam, penciptaan keserasian antara generasi serta peningkatan kesejahteraan rakyat. Penduduk usia lanjut memiliki pengalaman dan kearifan yang luas sehingga perlu diberikan perhatian untuk berperan didalam pembangunan.
Selanjutnya pengendalian pertumbuhan penduduk juga dilakukan terutama untuk menurunkan angka kelahiran melalui gerakan KB Mandiri. Menurungkan angka kematian ibu dan anak Balita melalui program sayang ibu dan anak.
Pengendalian kuantias penduduk dilakukan dengan langkah yang berhubungan dengan penetapan jumlah, sruktur dan komposisi sera pertumbuhan dan persebaran penduduk yang ideal. Pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk harus memperhatikan kemampuan daya dukung alam dan sesuai dengan tata ruang yang diselenggarakan melalui transmigrasi, peningkatan sarana penunjang pertumbuhan ekonomi di wilayah sebaran, serta pemberian intensif bagi tenaga kerja sehingga mampu menggairahkan tenaga terdidik/terlatih untuk mengabdi di wilayah pertumbuhan baru.
2.1.3. Kondisi ekonomi
Kecamatan Tinggimoncong merupakan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian kira-kira 1050 mdpl yang sebagian besar wilayahnya berupa lahan pertanian menyebabkan mayoritas penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, baik sebagai petani pemilik lahan, petani penggarap ataupun buruh tani.
Selain sebagai petani, sebagian lainnya bekerja sebagai pedagang, pegawai atau karyawan. Sektor informal yang banyak membantu masyarakat Tinggimoncong dalam memperoleh pekerjaan adalah keberadaan tempat/obyek wisata beragam yang merupakan sumber penghasilan yang cukup memadai.
Dalam bidang pertanian, pemanfaatan pengairan yaitu irigasi sederhana dengan memanfaatkan air dari sungai Jeneberang dan sungai Bulang yang mampu mengairi areal persawahan walaupun pada musim kemarau. Musim panen terutama padi dua kali dalam satu tahun dan hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga satu tahun ke depan diharapkan pemanfaatan sungai tersebut dapat menampung air dengan teknologi yang lebuh canggih dan produksi pertanian terutama padi diharapkan akan semakin meningkat.
Bidang perdagangan dalam satu tahun kedepan diharapkan akan semakin besar konstribusinya terhadap peningkatan perekonomian masyarakat kecamatan Tinggimoncong.
Bidang pariwisata merupakan bidang yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendapatan penduduk, karena ditunjang dengan beragamnya tempat dan obyek wisata di kecamatan ini seperti air terjun Takapala, lembah biru, air terjun Bulang serta perbaikan akses jalan menuju wilayah ini diharapkan akan lebih baik.
Perkembangan positif dibidang pertanian, perdagangan dan pariwisata di wilayah ini diperkirakan akan menyebabkan perekonomian di wilayah kecamatan Tinggimoncong tahun yang akan datang semakin menjanjikan.
2.1.4. Aksibilitas (Transportasi Darat, Laut, dan Udara)
Transportasi merupakan kebutuhan sarana dan prasarana yang sangat menunjang dalam perkembangan interaksi antar daerah dan diharapkan dapat mendorong percepatan perkembangan antar wilayah khususnya dalam mendukung proses pertumbuhan dan pemerataan di bidang ekonomi, perdagangan, pariwisata, social budaya, jasa pelayanan dan stabilitas keamanan. Sistem jaringan transportasi yang dimaksud adalah sistem jaringan jalan raya, kapal laut dan kapal udara, berfungsi menghubungkan sentra-sentra produksi ke sentrasentra/ node konsumsi. Dari segi fungsinya jalan raya meliputi jalan lokal, jalan kolektor, dan jalan arteri. Sedangkan dari segi manajemennya jalan raya meliputi jalan desa, jalan kabupaten, jalan provinsi dan jalan negara. Dalam menunjang perkembangan suatu wilayah, sistem transportasi sangat memegang peranan yang penting, sehingga penyediaan/pengembangan sarana dan prasarana perhubungan dalam suatu wilayah harus memadai dalam arti dapat menampung dan menunjang kelancaran aktivitas pergerakan yang ada dalam daerah itu sendiri maupun hubungannya dengan daerah lain. Penentuan Struktur Ruang tidak bisa dilepaskan dari kondisi transportasi wilayah. Transportasi wilayah menentukan tingkat aksesibilitas wilayah. Kondisi transportasi darat untuk menghubungkan antar wilayah masih sangat minim, kondisinya juga masih sangat memprihatinkan.
2.2. Kondisi Wilayah
Jenis tanah di Kecamatan Tinggimoncong antara lain Tropodult, Troporthent, dan Tropohumult.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson bahwa dikecamatan Tinggimoncong memiliki jumlah rata – rata bulan basah 9 (>100mm) dan rata – rata bulan kering 3(<65mm) termasuk dalam tipe iklim C. Kecamatan Tinggimoncong memiliki curah hujan tertinggi pada bulan Desember, Januari, Februari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan September.
Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Tinggimoncong pada umumnya didominasi oleh hutan, selain itu juga banyak terdapat belukar, ladang
2.2.1 Topografi
Wilayah Kecamatan Tinggimoncong memiliki topografi yang bervariasi, secara umum mulai dari datar, datar berbukit, datar bergelombang, bergelombang, dan curam.
2.2.2 Penggunaan Lahan
Di Kecamatan Tinggimoncong penggunan wilayah yaitu hutan, ladang, belukar, dan sawah. Pola pembangunan tanah yang sudah ada peruntukannya dan rencana alokasi penggunaan ruang berdasarkan Rencana Tata Ruang. Untuk mewujudkan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang pada skala wilayah dan kawasan, maka pola pemanfaatan ruang di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa terbagi dalam 2 (dua) kawasan, yaitu Kawasan Non-Budidaya dan Kawasan Budidaya. Dengan pola ini, proses penetapan kebijakan, peraturan, serta mekanisme perizinan dapat menjadi alat pengambilan keputusan dalam rangka perwujudan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang secara efektif. Kawasan-kawasan tersebut adalah sebagai berikut: Kawasan Non-Budidaya yaitu Kawasan Lindung, Hutan Suaka Alam dan Cagar Alam, dan Kawasan Perkebunan, Kawasan Budidaya Non-Pertanian yaitu Kawasan Pemukiman, Kawasan Pemukiman Transmigrasi dan Kawasan Pariwisata.
2.3 Perkembangan Sektor Wilayah
2.3.1 Pertanian
Potensi pertanian tanaman pangan yang yakni meliputi areal persawahan dengan potensi Irigasi. Tanaman pangan yang dikembangkan diantaranya padi, jagung, kedelai dan hortikultura yang tersebar pada kawasan potensial. Pada Tahun 2008 produksi padi (sawah dan ladang) mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2007.
Hasil dari tanaman buah-buahan pada umumnya mengalami peningkatan, antara lain Markisa yang mengalami peningkatan dari 1 kw pada tahun 2007 menjadi 37.847 kw pada tahun 2008. Produksi sayur-sayuran bahkan mengalami peningkatan drastis, kacang panjang misalnya, dari 71,2 ton naik menjadi 150 ton pada tahun 2008 atau naik sebesar 110,57%.
2.3.2 Peternakan
Jenis usaha peternakan dibudidayakan di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa dibagi atas dua jenis yakni ternak besar dan kecil meliputi: sapi, kerbau, kuda, dan kambing, sedangkan ternak unggas adalah ternak ayam buras, ayam petelur, ayam pedaging, itik dan manila.
2.3.3 Kehutanan
Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa bahwa potensi kehutanan yang ada di kawasan Hutan berupa kayu yaitu Kayu Rimba Campuran, meranti, jati dan kayu indah potensi luas 13500 ha dan potensi produksi 15000 m3, Getah Pinus 80000 ton dan potensi luas 15126 ha (8377 ha di Kec Tinggimoncong) dan Rotan potensi produksi 5000 ton (267 ha di Kec. Tinggimoncong). Disamping itu terdapat juga hasil non kayu lainnya Getah Damar Mata Kucing, Damar Batu, Damar Kopal, Damar Pilan, Damar Rasak, Damar Daging dan damar Gaharu. Hasil lainnya Madu, Gula aren ijuk, Kemiri, Kenari, Asam, sutra dan Kulit kayu manis.




III. METODOLOGI
3.1. Kompilasi Analisa dan Interpretasi Data
Data untuk menyusun rancangan pemetaan Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa yang terdiri dari data statistik merupakan data kondisi (tingkat kerusakan) dari berbagai waktu (minimal dua periode waktu), dan data peta. Data merupakan kondisi yang dianggap terkini. Untuk keperluan ini kedua jenis data tersebut diperoleh berdasarkan kompilasi dari berbagai sumber, terutama dari instansi sektoral terkait yang berwenang dengan masalah. Sehingga diperlukan analisa mengenai fakta wilayah yang menggambaran hasil jenis usaha dan tingkat teknologi di suatu wilayah atau sejauh mana aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dalam suatu wilayah tertentu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Dikaitkan dengan Pemanfaatan Tata Ruang Undang-undang nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, yang sudah diperbaharui menjadi Undang-Undang No 26 tahun 2007 mengharuskan setiap daerah memiliki Tata Ruang yang disepakati dan dikuatkan dengan payung hukum berupa Peraturan Daerah. REVIEW RPJM-D Kabupaten Gowa Tahun 2006-2010 II – 5 Kebijakan tata ruang memiliki fungsi yang sangat penting di dalam mengoptimalkan pengembangan dan pendayagunaan segala potensi yang ada di daerah.
Dengan data Interpretasi Untuk pemetaan Kelerengan Penggunaan Lahan dan Unit Lahan dengan skala 1 : 50.000, merupakan program pemetaan Dasar Nasional yang data primer digunakan adalah Peta Rupabumi Indonesia pada lembar kerja Malino (2010 – 64) berasal dari data tahun 1991 menjadi peta aktiva yaitu peta yang menggambarkan kondisi/keadaan awal sumberdaya penggunan lahan. Peta ini digambarkan secara fotogrametri dari foto udara skala 1 : 100.000 tahun 1981-1982 yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) Cibinong BOGOR.
3.2. Pemetaan dan Pembuatan Rencana
Pemetaan merupakan rancangan Tata Ruang dengan langkah Kerja adalah: menggunakan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 1.000.000 yang dipergunakan dalam inventarisasi dan pemetaan kelerengan, penggunaan lahan dan unit lahan ini adalah melalui pendekatan teknik pemetaan secara manual. Prosedur dalam interpretasi yang dipergunakan mengacu kepada Spesifikasi Teknis Inventarisasi Sumberdaya Alam Untuk penyusunan melalui pendekatan Sistem Informasi Geografis dengan memanfaatkan data-data hasil inventarisasi dan pemetaan. Melakukan Metode Pengumpulan Data Primer dengan penyusunan rancangan sumberdaya alam untuk pemetaan untuk mendapatkan informasi yang lebih detil, terutama dalam rangka pengecekan pada daerah sampel.
Metode Pengumpulan Data Sekunder Untuk melaksanakan pengumpulan data sekunder adalah dengan cara sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kebutuhan data yang diperlukan. Dari identifikasi data diketahui macam data yang diperlukan yaitu: Data liputan lahan tahun 1991. Data kondisi fisik dan sosial ekonomi dari BPS 2010 Kecamatan Tompobulu. Data kondisi fisik dalam bentuk peta: peta geologi dan peta sistem lahan skala 1: 50.000.
2) Mengadakan data dengan cara mengumpulkannya dari pihak produsen (owner).
Penyusunan pembuatan rencana peta lahan melakukan Studi tentang Rancangan sumberdaya alam secara umum ditujukan untuk melakukan monitoring dan evaluasi dari suatu sumberdaya alam tersebut. Oleh karena itu, pendekatan studi yang dilakukan adalah kajian terintegrasi (integrated study). Kajian terintegrasi ini ditunjukkan dengan proses kegiatan yang dimulai dari penyiapan data (inventarisasi data), penyusunan neraca untuk mengetahui perimbangannya, serta dilengkapi dengan kebutuhan informasi mengenai basisdata.
Selain itu untuk keperluan monitoring dan evaluasi dilakukan melalui penajaman (kajian yang lebih mendalam) yaitu menyangkut analisis aksebilitasi, kelerengan, pemanfaatan lahan dan potensi agronomi dari kondisi terakhir sumberdaya alam tersebut. Pada akhirnya hasil analisis diharapkan dapat memberikan kontribusinya dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat setempat.





IV. SKENARIO DESAIN TATA RUANG KECAMATAN TINGGIMONCONG

4.1. Analisa Aksibilitas
Penggunaan transportasi merupakan kebutuhan sarana dan prasarana yang sangat menunjang dalam perkembangan interaksi antar daerah dan diharapkan dapat mendorong percepatan perkembangan antar wilayah khususnya dalam mendukung proses pertumbuhan dan pemerataan di bidang ekonomi, perdagangan, pariwisata, social budaya, jasa pelayanan dan stabilitas keamanan. Perancangan dengan pertimbangan analisa untuk memperbaiki infrastruktur jalan. Dengan cara mendesain jalan itu sendiri dengan peningkatan jalan akses meliputi pembangunan jembatan dan jalan dengan persimpangan 1- 4 dengan lebar 6 meter aspal ketebalan fondasi dan aspal akan dihitung untuk kebutuhan kendaraan berat. Hal ini sesuai yang di kemukakan Wijanto (1996) bahwa Penentuan Struktur Ruang tidak bisa dilepaskan dari kondisi transportasi wilayah. menentukan tingkat aksesibilitas wilayah.
4.2. Analisa Topografi
Wilayah Kecamatan Tinggimoncong memiliki topografi dari kemiringan lereng yakni :
 0 – 3 % ( Datar)
 3 – 8 % (Agak Datar)
 8 – 15 % (Bergelombang)
 15 – 25 % (Agak Curam)
 25 – 45 % (Curam)
 > 45 % (Sangat Curam)
4.3. Analisa Pemanfaatan Lahan
Di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa Merencanakan penggunan wilayah yaitu hutan, ladang, belukar, dan sawah. Dengan pola ini, proses penetapan kebijakan, peraturan, serta mekanisme perizinan dapat menjadi alat pengambilan keputusan dalam rangka perwujudan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang secara efektif. Pemanfatan Hutan, belukar, ladang dan dan sawah memberikan beragam manfaat bagi kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sesuai yang di kemukakan Gardner dan Engleman (1999), bahwa secara langsung, hutan dapat menghasilkan kayu industri, kayu bakar, dan hasil hutan non kayu; menyediakan lahan untuk permukiman dan pertanian; dan lain sebagainya. Sementara itu secara tidak langsung, hutan dapat mengatur tata air dialam (hidrologi), menyimpan karbon, melestarikan keanekaragaman hayati dan habitat, pasokan oksigen, dan sebagai obyek pariwisata. Lahan hutan tidak hanya dimanfaatkan untuk dijadikan permukiman dan pertanian, tetapi juga menjadi berbagai macam kegunaan lahan lain yang sesuai dengan keinginan manusia.
4.4. Potensi Agronomi Daerah
Berdasarkan kondisi wilayah, serta mengenai potensi agronomi daerah dilakukan penetapan komoditas unggulan pertanian akan dikembangkan di Kecamatan Tinggi moncong Kabupaten Gowa. Komoditas unggulan yang ditetapkan meliputi komoditas bersifat unggulan secara ekonomi, strategis, dan prospektif. Komoditas unggulan tersebut adalah sebagai berikut: Komoditas Unggulan: merupakan komoditas yang telah berkembang dan memiliki peran besar dalam pembentukan produk domestik regional. Komoditas Strategis adalah tanaman pangan seperti padi, jagung, dan singkong. Selain tanaman pangan, daerah Kecamatan Tinggimoncong juga berpotensi untuk ditanami tanaman hortikultura seperti sayuran (kentang, kubis, daun bawang, tomat, dan lain-lain), dan buah-buahan (markisa, mangga, dan manggis). Merupakan komoditas yang telah berkembang tetapi memiliki peran tidak terlalu besar dalam pembentukan produk domestik regional, namun mempunyai nilai strategis dalam ketahanan pangan dan stabilitas sosial.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 24 Tahun 1992 Pasal 1 ayat 6 sampai 8, ditetapkan bahwa:
a. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya
b. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
c. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.


4.5. Skenario Rekomendasi Perencanaan
4.5.1 Rekomendasi Keadaan Umum Lokasi
Dalam perencanaan desain dan tata ruang pertanian pada daerah Kecamatan Tinggimoncong terdapat berbagai macam perencanaan yang signifikan yang membantu didalam proses peningkatan perubahan di daerah Malino tepatnya di Kecamatan Tinggimoncong secara menyeluruh baik didalam proses perubahan prospek pertanian sampai pada pembangunan jalan-jalan pada daerah Kecamatan Tinggimoncong.
Dalam laporan ini, kami sertakan berbagai perencanaan prospek peningkatan pertanian kedepannya dengan meninjau dari berbagai sisi diantaranya kami lampirkan peta kemiringan lereng, peta unit lahan, peta jalan dan sungai serta peta penggunaan lahan.
Selain perencanan peningkatan pertanian, tak kala pentingnya dalam pengembangan wilayah kota yaitu, pelestarian budaya – budaya dan pelestarian hutan lindung sehingga nantinya akan selaras dengan pengembangan wilayah tanpa harus menggeser akan pembangunan dan pengembangan dibidang pertanian.
Kelompok ini merupakan komoditas yang belum berkembang di Kecamatan Tinggi Moncong tetapi memiliki potensi permintaan yang besar, sehingga di masa datang dapat berperan dalam pembentukan produk domestik regional. Komoditas Kearifan Lokal : Markisa dikembangkan. Merekomendasikan Reboisasi terhadap hutan dan pembuatan ruang terbuka hijau dapat dilakukan pada daerah perkotaan sebagai lokasi resapan air. mengoptimalkan lahan perkebunan sebagai daerah pendukung lingkungan. Hal ini sesuai yang di kemukakan Ciptohadijoyo, (1999) bahwa Skenario rekomendasi perencangan daerah dengan system pemetaan harus mempertimbangkan segala aspek mulai dari kondisi geografis, sosial budaya, pertumbuhan ekonomi meliputi (pertanain, perkebunan, perindustrian, peternakan, kehutanan, dan lain-lain) dan melakukan perencanaan manster plan pertanian yang berkelanjutan dengan memanfaatkan Sumber Daya Alam yang tersedia.
Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang PROPENAS 2000-2004 dalam rangka memberikan pemahaman dan keamanan persepsi bagi semua pihak terkait baik di pusat maupun di Daerah serta mensinergiskan pelaksannanya telah ditetapkan Pedoman Pengembangan KIMBUN sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pertanian No.v392/Kpts/OT.210/06/2002, Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) adalah merupakan bentuk pendekatan pembangunan perkebunan yang menggunakan kawasan sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan sistim agribisnis dengan memamfaatkan lmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan dimensi ruang, waktu dan menejemen atas dasar kebersamaan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan.
4.5.2 Rekomendasi Pembangunan Jalan


4.5.3 Rekomendasi penggunaan Lahan
Tanaman Pertanian, perkebunan, kehutanan dan belukar
Pertanian
Potensi pertanian tanaman pangan yang dimiliki oleh Kecamatan Tinggimoncong sangatlah besar, lahan di daerah tersebut masih dapat menghasilkan pendapatan ekonomi bagi warga sekitar di dua bulan berbeda (bulan basah dan bulan kering). Misalnya saja untuk tanaman pangan, untuk bulan basah dapat menanam padi, jagung, sorgum (sereal). Selain itu juga dapat ditanami kacang merah, kapri, buncis, dan mukuna (kacang-kacangan) serta ubi jalar, ubi kayu, talas, dan iles-iles (umbi-umbian). Sedangkan jika memasuki bulan kering, daerah tersebut masih dapat ditanami gandum, sorgum, ubijalar, dan ubi kayu.
Selain itu, pada umumnya Kecamatan Tinggimoncong juga dapat ditanami berbagai macam jenis sayuran baik itu pada bulan kering dan bulan basah. Pada bulan basah daerah ini cocok untuk ditanami kubis, gambas, selendri, selada, kentang, asparagus, brokoli, wortel, tomat, cabai, carica, bit, sawi, lettuce, kailan, petsai. Sedangkan untuk bulan kering cocok untuk ditanami bawang putih, dan daun bawang.
Kecamatan Tinggimoncong juga ternyata dapat ditanami berbagai jenis rempah – rempah, baik pada bulan basah maupun bulan keringnya. Pada bulan basah yang cocok untuk ditanam adalah cengkeh, jarak, kayu manis, kunyit, lengkuas, kapulaga, akar wangi, dan serai wangi. Sedangkan pada bulan kering cocok ditanami kemiri dan jarak.
Perkebunan
Untuk skala perkebunan, Kecamatan Tinggimoncong juga sangat cocok ditanami oleh berbagai jenis buah-buahan dan tanaman perkebunan lainnya baik pada bulan basah maupun pada bulan kering. Pada bulan basah cocok untuk ditanami buah jeruk, klengkeng, nangka, sukun, jambu air, jambu batu, sawo, kedondong, alpukat, kesemek, kina, teh, dan kopi Arabika. Sedangkan pada bulan kering cocok untuk ditanami buah apel, jeruk, alpukat, nangka, sukun, jambu batu, kedondong, klengkeng, kopi Arabika, tembakau, dan markisa.
Kehutanan
Pada Kecamatan Tinggimoncong tanaman hutan yang dapat berkembang dengan baik berdasarkan ketinggian tempatnya yakni Balsa, Jabon, Johar, Kaliandra, Kemiri, Mahoni, Meranti kuning, Sengon, dan tanaman pinus.
Belukar
Pada Kecamatan Tinggimoncong tanaman belukar yang cocok di tanami pada daerah tersebut yaitu Saga, Urang aring, Bayam-bayaman, Pegangan, dan Krokot.
Jenis – jenis penggunaan lahan untuk berbagai jenis tanaman
Hutan lindung
Di daerah Tinggimoncong terdapat beberapa desa yang memiliki huatn lindung dimana keberadaan hutan tersebut tidak dapat diganggu. Oleh karena itu, hutan lindung tersebut harus dapat sebaik mungkin di jaga kelestariannya guna sebagai tempat hidup beraneka ragam Flora dan Fauna. Di daerah hutan lindung tersebut meliputi berbagai desa seperti Bulu Lehaka, Bulu Lewakang, Bulu Batumenteng, Bulu diharelaju, Bulu Malenteng, Bulu Bontolaja, Bulu Bisolong, Bulu Batusipoko, dan sebagian dari daerah Bulu Kabulampoa.
Hutan Produksi
Pada Kecamatan Tinggimoncong terdapat banyak hutan, tetapi hutan tersebut kurang dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kami merekomendasikan daerah hutan untuk diubah, dengan meningkatkan levelnya dari hutan biasa menjadi hutan produksi, tetapi tetap mempertahankan fungsi awal dari hutan tersebut. Adapun tanaman hutan yang kami rekomendasikan untuk penanaman adalah Pinus, Kemiri, Mahoni, dan Jabon. Jenis tanaman ini kita pilih dengan mempertimbangkan jenis tanah, ketinggian tempat, dan iklim wilayah setempat.
Adapun daerah yang kami rekomendasikan untuk dijadikan hutan produksi adalah daerah pengunungan pangkaleang, jambu kebo, bulu tanetelange, sebagian dari bulu batuejang, sebagian dari daerah bulu saringan dan sorongan, bulu ruku – ruku, bulu katoba, bulu bilang, dan bulu ganjeng.
Ladang dan Perkebunan
Ladang merupakan salah satu jenis penggunaan lahan terbesaar di Kecamatan Tinggimoncong. Pada kenyataanya memang sudah banyak ladang – ladang yang berproduksi di daerah tersebut. Akan tetapi, kami bermaksud untuk dapat meningkatkan pendapatan ekonomi dari warga sekitar dengan merekomendasikan tanaman ladang atau perkebunan yang sesuai untuk di Tanami pada daerah tersebut, baik di tinjau dari ketinggian tempat, iklim (bulan basah dan bulan kering), jenis tanah, serta beberapa pertimbangan dari berbagai aspek yang ada.
Adapun tanaman ladang yang kami rekomendasikan adalah sebagai berikut
• Kacang – kacangan seperti kacang buncis dan kacang merah
• Serealia seperti jagung dan sorgum.
• Sayuran seperti kubis, seledri, selada, kentang, brokoli, wortel, tomat, daun bawang, cabai, dan sawi
• Buah-buahan seperti jeruk, nangka, alpukat, dan markisa
• Perkebunan seperti the dan kopi arabika
• Obat – obatan dan rempah seperti cengkeh, jarak, kayu manis dan akar wangi.
Adapun daerah – daerah yang akan kami jadikan ladang diantaranya daerah malenteng, bulu pemokemama, bulu rea, bulu malahira, bulu parangkeda, bulu bontoloherang, bulu saleha, dan lekbasa.
Belukar
Pada Kecamatan Tinggimoncong hamper sebagian daerahnya di dominasi oleh hutan belukar. Pada kenyataanya masih banyak hutan belukar yang tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga tidak dapat menambah pendapatan ekonomi masyarakat di daerah tersebut, maka dari itu kami merekomendasikan hutan belukar tersebut dapat berproduksi semaksimal mungkin sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakat sekitarnya. Akan tetapi tetap mempertahankan bentuknya sebagai hutan belukar. Salah satu cara dalam meningkatkan hutan belukar tersebut dengan mengganti atau mmperhatikan tanaman yang ada diskitar hutan belukar tersebut. Adapun tanaman yang cocok direkomendasikan dalam hutan belukar antara lain Saga (Abrus Precatorius, Linn), Urang Aring (Eclipta Prostata), Pengagan (Ginko biloba dan Centela Asiatica ), bayam- bayaman (Amarantaceae ), krokot (portulaca oleoraceae).
Adapun daerah persebaran belukar meliputi bulu buntala, sebagian dari bulu batu ejang, bulu karangpuang, bulu halahalaya, dan bulu bululoe.
Persawahan
Pada Kecamatan Tinggimoncong terdapat daerah persawahan antara lain jambu kebo, mandale, batu lapisi luar, langkoa, simbang, tombolo, mangrojai, mamapang, sekitar sungai balangloka dan balangbajang.
Perumahan
Kecamatan Tinggimoncong memilki daerah perumahan seperti patatuku, mamapang, sanggiringang, jaleko, ballacamba, lembangbata, paktekne, pattapang, biringpanting, langkoa, pabbarung, mangrojai, mappadang, mangrojaning, buki 1, buki 2, lapparanamangottong, bolongbuki, lappara, baraya, cengkong, cengkarana, mamangpang, benga, balasuka, lembangteko, sapiriborong, dan balangbolang.
















V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan Desain dan Tata Ruang Pertanian yang dilakukan pada daerah malino tepatnya kecamatan tinggimoncong yaitu setelah di adakan desain dan tata runag pada daerah malino tepatnya tinggi moncong ternyata daerah tersebut didominasi oleh belukar dan ladang, di prresentasikan daerah tersebut memilki belukar sekitar 45% , ladangnya sekitar 37 %, disusul urutan ketiga kawasan hutan di sekitar kecamatan tinggimoncong diperkirakan sekitar 25 %.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum Desain Tata Ruang Pertanian menjelaskan lebih rinci dan tersedia literatur atau materi tentang daerah akan didesain untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai pengolahan data primer dan skunder untuk merancang pembuatan rencana dan merekomendasi rancangan pemetaaan yang dilakukan baik secara manual maupun teknologi.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kaeadaan Geografis dan Perancangan daerah Kecamatan Tompbulu. http://fitoremediasi.blogspot.com/2011/02/kondisi geografis kecamatan Tompobulu html. Diakses pada hari Selasa, 27 Mei 2011: Makassar.

Badan Pusat Statistika Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa 2010.

Ciptohadijoyo, S., 1999. Desain Tata Ruang Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.

Gardner, T., Engelman, R. 1999. Forest Futures: Population, Consumption and
Wood Resources. Population Action International. Washington
Nilwan, 2003. Desain Tata Ruang Pertanian. Fakultas Pertanian Hasauddin.Makassar.

Suryadi, 2003. Penggunaan Wilayah, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wijanto. 1996. Kondisi Geografis Kecamatan Kabupaten Gowa. PT. Penebar Swadaya : Makassar.

0 komentar on "kecamatan tinggimoncong"

Posting Komentar

 

ernawati djaya Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez