Rabu, 11 April 2012

penyakit puru akar

Diposting oleh renaex di 00.44
Penyakit Puru Akar pada Tanaman Tomat

Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk dalam famili Solanaceae, genus Lycopersicum dan merupakan tanaman musim panas yang memerlukan banyak sinar matahari dan kelembaban tanah yang cukup. Tanaman ini diduga berasal dari Amerika Selatan yang digunakan sebagai bahan makanan di Virginia pada awal tahun 1781 dan dipasarkan di New Orleáns pada tahun 1812. Bagi kesehatan tanaman tomat adalah Sangat penting,buahnya banyak mengandung vitamin A,B1,B2 dan terutama vitamin C,juga mengandung protein dan karbohidrat (Bienz,1980).
Sampai saat ini produksi di Indonesia sekitar 5 ton per hektar.hal ini maíz sangat rendah jika dibanding dengan Filipina yang menghasilkan 9 ton per hektar. Dengan demikian peningkatan produksi dan budidaya tanaman tomat masih memerlukan perhatian yang khusus (Rukmana,1994).
Berbagai usaha dilakukan untuk peningkatan produksi tomat,misalnya pengadaan variets baru,perbaikan pola tanam.Dibalik usaha ini masih banyak kendala yang dihadapi dn masih sulit diatasi,antara lain adanya jasad pengganggu atau patogen. Salah satu patogen yang menyerang tanaman tomat ádalaf nematoda parasit seperti nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) (Singh,1978).
Serangan Meloidogyne spp. pada akar dapat menurunkan produksi sebanyak 15 – 60 persen,bahkan dapat mencapai 70 persen bila tanaman yang terserang rentan (Prihanto,1989).Percobaan menunjukkan bahwa dengan sekitar 500 – 800 larva Meloidogyne spp. per ilogram tanah dapat menurunkan produksi sebesar 40 persen (sastrahidayat,1985).Serangan nematoda sering berassosiasi dengan organisme lanilla, misalnya cendawan dan bakteri (Brown,1980).
Khususnya di Indonesia nematoda puru akar pada umumnya dikendalikan dengan penggunaan nematisida Furadan 3 G (Mulyadi,1980) akan tetapi dewasa ini berkembang cara pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan menggunakan musuh alami dari organisme pengganggu tanaman tersebut. Cara ini dikenal dengan pengedalian secara hayati. Berkembangna pengendalian secara hayati ini hádala dalam mencari alternatif dari pengendalian secara nimia yang acapkali mengakibatkan dampak negatif bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat. Keuntungan dari pengendalian secara hayati antara lain bahwa organisme antagonis jarang menyebabkan perubahan ras dari organisme yang dituju sebagaimana sering terjadi kalau menggunakan pestisida. selain hal tersebut aplikasi organismo antagonis tidak sesering aplikasi pesticida,sebab sekali diberikan maka selanjutnya organismo itu sendiri akan terus aktif selama organisme yang dituju tetap ada (James,1985).
Menurut Sarbini (1993) bahwa beberapa cendawan memperlihatkan prospek dalam mengendalikan nematoda Meloidogynei spp. seperti spesies-spesies dari kelas basidiomycetes dan kelas Deutromycetes antara lain genus Gliocladium dan Paecilomyces.
Pengendalian dengan menggunakan Minoriza vesikular arbuskular juga merupakan salah satu pengendalian secara hayati yang dikembangkan saat ini. Penelitian yang telah dilakukan oleh Bagyaray (1975) ternyata Glomus fasciculatus dapat menekan ukuran dan jumlah puru yang ditimbulkan oleh M.incognita dan M.javanica pada tanaman tomat.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah statu penelitian untuk mengetahui kemampuan dari mikoriza dan beberapa cendawan rhizosfer untuk mengendalikan penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne spp.
Gejala serangan nematoda pada tanaman menujukkan gejala yang khas pada bagian akar dibawah permukaan tanah. Tumbuhan yang terserang biasanya menunjukkan gejala pertumbuhan ang tidak sehat seperti kerdil dan cenderung mudah layu pada hari-hari panas. Sedangkan akarnya akan mengalami pembengkakan dengan berbagai macam bentuk (Sastrahidayat,1990).
Menurut Bird (1972) akibat serangan nematodo puru akar fungsi alamiah sel tanamn akan terganggu. Sebagai contoh menurunnya laju fotosíntesis, pertumbuhan dan juga produksi. Hal ini diduga bahwa nematoda ini mempengaruhi fisiologi tanaman dengan mengganggu síntesis dan translokasi hormon pertumbuhan yang diproduksi oleh akar.
Apabila sistem perakaran terserang respirasi pada tanaman menigkat,absorbsi oksigen lebih cepat atau seimbang dengan tumbuhan yang sehat serta jaringan xilem menjadi kerdil,sehingga pengambilan air dan nutrisi dari dalam tanah terhambat,akibatnya terjadi kekurangan unsur hara maupun air. Gejala akan tampak pada daun atau bagian lain dari pada tumbuhan (Bird,1972).
Mekanisme hubungan dimulai dari masuknya nematoda ke dalam akar tumbuhan melalui bagian - bagian epidermis yang terletak dekat tudung akar. Nematoda ini mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan dinding sel tumbuhan terutama terdiri dari protein,polisakarida seperti pektin,selulase dan hemiselulose serta pati,sukrose dan glicosid menjadi bahan-bahan lain Meloidogyne spp. mengeluarkan enzim selulose yang dapat menghidrolisa selulose enzim endopektin metil transeliminase yang dapat menguraikan pektin.
Dengan terurainya bahan – bahan penyusun dinding sel ini maka dinding sel akan rusak dan terjadilah luka. Selanjutnya nematoda ini bergerak diantara sel-sel atau menembus sel-sel menuju jaringan sel yang terdapat cukup cairan makanan, kemudian menetap dan berkembangbiak kemudian nematoda tersebut masih mengeluarkan enzim proteolitik dengan melepaskan IAA ( Asam Indol Asetat ) yang merupakan heteroauksin tritopan yang diduga membantu terbentuknya puru (Bird,1972).
Mekanisme hubungan dimulai dari masuknya nematoda ke dalam akar tumbuhan melalui bagian - bagian epidermis yang terletak dekat tudung akar. Nematoda ini mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan dinding sel tumbuhan terutama terdiri dari protein,polisakarida seperti pektin,selulase dan hemiselulose serta pati, sukrose dan glicosid menjadi bahan-bahan lain Meloidogyne spp. mengeluarkan enzim selulose yang dapat menghidrolisa selulose enzim endopektin metil transeliminase yang dapat menguraikan pektin. Dengan terurainya bahan – bahan penyusun dinding sel ini maka dinding sel akan rusak dan terjadilah luka. Selanjutnya nematoda ini bergerak diantara sel-sel atau menembus sel-sel menuju jaringan sel yang terdapat cukup cairan makanan, kemudian menetap dan berkembangbiak kemudian nematoda tersebut masih mengeluarkan enzim proteolitik dengan melepaskan IAA ( Asam Indol Asetat ) yang merupakan heteroauksin tritopan yang diduga membantu terbentuknya puru (Bird,1972).
Enzim dan hormon yang dikeluarkan oleh nematoda tersebut secara langsung dapat merangsang perkembangan sel. Serangan pertama hanyalah menghentikan diferensiasi sel,sedangkan pada akhirnya serangan sel mulai membesar dan pembagian inti sel terjadi lambat laun dinding sel hilang dan isi protoplasma bersatu membentuk sel besar.Pada akhirnya sel-sel korteks sekeliling sel yang besar mengadakan proliferasi secara cepat untuk menghasilkan puru.Terjadinya puru bukanlah satu-satunya gejala kerusakan oleh nematoda ini. selain hal itu nematoda juga menyebabkan pertukaran bahan-bahan kimia dalam tubuh tumbuhan,misalnya protoplasma sel raksasa mengandung lemak, asam ribonukleat dan protein yang jumlahnya lebih banyak apabila dibandingkan pada sel tumbuhan sehat dan asam cianida (HCN) yang dilepaskan nematoda parasit sangat melemahkan jaringan tumbuhan,sehingga akan menguntungkan bagi penyerangannya patogen lain (Sastrahidayat,1990).
Sastrahidayat (1990) puru akar yang terbentuk tergantung pada spesies tanaman. Pada tanaman sukulen seperti tomat puru berbentuk bulat yang ukurannya dapat mencapai diameter 1,2 cm atau lebih dan kebanyakan terjadi pada akar tunggang tanaman. Selanjutnya Walker (1976) menyatakan bahwa beberapa spesies nematoda puru akar akan membentuk tipe puru akar yang sama,sehingga sulit dibedakan antara satu dengan yang lainnya.
Serangan nematoda menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat,akibatnya produksi dan mutu menurun dan secara ekonomis tidak dapat memberikan hasil yang maksimal jika tidak dilakukan pengendalian yang sesuai (Clarc,1974).
Pengendalian nematoda parasit tanaman dapat dilakukan dengan cara kimia, cara bercocok tanam,pergiliran tanaman, sanitasi dan pengendalian hayati (Mulyadi,1989).pengedalian secara hayati adalah salah satu alternatif sebagai pengganti cara kimia dan cara ini sudah lama dicoba (Horst,1974). Keistimewaan pengendalian hayati adalah terutama mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida (Mulyadi,1989).
Musuh alami nematoda puru akar sudah banyak diketahui,misalnya didataran tinggi telah ditemukan cendawan Paecilomycetes bilacinus yang menginfeksi telur nematoda puru akar pada tanaman kentang (Anonim,1984).Bacillus penetrans adalah suatu parasit yang dikenal bertahun-tahun berassosiasi dengan Meloidogyne spp. serta beberapa spesies jamur yang menyerang nematoda tanah di Inggris (Kerry,1978). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perlakuan dengan cendawan terhadap Meloidogyne spp. dapat menekan jumlah populasi dan intensitas serangan yang memperlihatkan hasil yang baik (Sarbini, 1992).Sarbini (1993) mengemukakan bahwa cendawan parasit telur Meloidogyne spp. terutama dari spesies Gliocladium sp. dan Paecilomyces sp. mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai agen pengendali secara hayati untuk mengendalikan Meloidogyne spp. Hasanuddin (1994) mengemukakan bahwa cendawan rhizosphere antara lain Fusarium sp. dan Trichoderma sp. dapat digunakan untuk mengendalikan nematoda puru akar.

1 komentar on "penyakit puru akar"

Anonim mengatakan...

Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman Bisnis ke Le_Meridian, mereka membantu saya dengan pinjaman Empat Juta USD untuk memulai bisnis Quilting saya dan itu cepat. Ketika mendapatkan pinjaman dari mereka, mengejutkan betapa mudahnya mereka bekerja. Mereka dapat membiayai hingga jumlah $ 500,000,000.00 (Lima Ratus Juta Dolar) di wilayah mana pun di dunia selama ada 1,9% ROI yang dapat dijamin pada proyek tersebut. Prosesnya cepat dan aman. Itu benar-benar pengalaman positif. Hindari penipu di sini dan hubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. jika Anda mencari pinjaman bisnis.

Posting Komentar

 

ernawati djaya Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez